Kajian Gus Rifqil MURAFEST#3

Sabtu (15/4) Kajian Akbar merupakan salah satu rangkaian acara MURAFEST#3 yang dilaksanakan menjelang waktu berbuka puasa. Kajian tersebut dilaksanakan di lapangan belakang MAN 3 Sleman. Kajian tersebut terbuka untuk umum dan diikuti oleh Santri dan Siswa Siswi dari MAN 3 Sleman. 

Gus Rifqil Muslim Suyuthi S.Pdi, M.Pd. Namanya dan sang istri, Ning Imaz Fatimatuz Zahra (Ning Imaz) masuk dalam pencarian yang populer dari kalangan nahdliyin di platform media sosial. Ia berulang kali diundang secara khusus bersama sang istri dalam berbagai kajian kegiatan. 

Beliau menyampaikan kajian dengan ciri khasnya, sesuai dengan tema MURAFEST#3 kali ini yakni “Gema Ramadhan: Rahasia Emas Mencetak Generasi Muda Islami yang Berakhlakul Karimah”. Pada kajiannya beliau menyampaikan sebuah motivasi untuk kaum muda khususnya perempuan agar selau semangat dalam menuntut ilmu. Seorang Perempuan yang terpelajar merupakan pondasi awal untuk menciptakan generasi unggul dan berakhlakul karimah. Hal ini sebab perempuan adalah madrasah awal bagi seorang anak.

Gus Rifqil juga menambahkan dawuh Imam Syafi’i ‘jika kamu tidak merasakan kepayahan hari ini dalam mencari ilmu, maka kamu akan menyesal dikemudian hari’. Syarat untuk mendapatkan ilmu itu ada 6, seperti yang sudah tercantum pada kitab ‘alala yakni cerdas, semangat, sabar, memiliki modal dan tidak instan. Enam syarat ini harus dimiliki oleh para santri sebagai landasan dasar mencari ilmu. 

Diakhir kajiannya beliau memberikan pesan kepada para santri bahwasanya menjadi generasi emas yang berakhlakul karimah kita dapat mencontoh akhlak rasulullah. Berpegang teguh pada al quran, hadist, ijma’, dan qiyas. Semoga diberikan kemanfaatan, kemudahan dan bersungguh sungguh dalam belajar. Pemuda masa kini yang kelak menjadi pemimpin dimasa depan. 

Ustadz Fuad selaku Asatid menyampaikan kesan dan pesannya dalam mengikuti kajian. “Kajian  menjelang berbuka puasa yang diadakan oleh OSIMU (Organisasi Santri Muntasyirul Ulum) mengandung banyak pelajaran yang dapat diteladi oleh para santri. Kajian menjelang berbuka puasa kali ini di isi oleh ustadz Rifqil Muslim Suyuthi (sering dipanggil gus Rifqil) pada tanggal 15 April 2023 di pondok pesantren Muntasyirul Ulum MAN 3 Sleman. Salah satu pelajaran penting yang dapat diteladani dari nasehat gus Rifqil adalah sebuah motivasi untuk kaum muda khususnya kaum perempuan supaya selalu semangat dalam menuntut ilmu. Menurut gus Rifqil seorang perempuan  tidak boleh menganggap remeh sebuah pendidikan. Seorang perempuan yang terpelajar merupakan pondasi awal untuk menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas. Hal ini dikarenakan perempuan adalah madrasah awal bagi seorang anak. Pernyataan ini selaras dengan pendapat KH. Ma’ruf Amin seperti yang dikutip Republika bahwa perempuan memiliki peran yang sangat besar untuk keberlangsungan bangsa yang religius,  karena menurut KH. Ma’ruf Amin dalam ajaran Islam perempuan adalah tiang agama. Selain itu, statement tersebut juga relevan dengan pendapat ahli pendidikan yang mengatakan bahwa keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. Baik dan buruknya karakter anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencetak generasi yang unggul dan berkualitas  dibutuhkan orang tua, khususnya seorang ibu yang terpelajar dan memahami ilmu agama dengan baik. Memahami ilmu agama dengan baik tidak bisa tercapai kecuali dengan adanya guru yang memiliki sanad keilmuan yang sambung kepada Rasullah. Gus Rifqil menguraikan pentingnya memiliki guru yang memiliki sanad keilmuan yang sambung kepada Rasullah. Ada beberapa hadis yang beliau kutip untuk menunjukkan pentingnya sanad keilmuan dalam mempelajari ilmu agama, salah satunya adalah hadis musalsal yang menceritakan barang siapa yang melihat Rasullah dan  orang yang melihat orang yang melihat Rasullah dst akan masuk surga. Dalam menerima hadis tersebut tidak bisa dilakukan hanya dengan cara membaca buku atau kitab secara mandiri, namun secara tradisi harus diriwayatkan secara musalsal,  yaitu menggunakan cara yang sesuai dengan keadaan dan situasi tertentu, baik secara perbuatan maupun perkataan dari Rasullah sampai generasi selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa aspek ajaran agama Islam tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca, namun juga membutuhkan guru yang bersambung dengan Rasullah. Hal ini juga diamini oleh pengarang kitab alā lā yang secara eksplisit menyatakan bahwa salah satu syarat utama untuk mendapatkan ilmu adalah ada bimbingan guru (irsyād al-ustādz). Lebih lanjut gus Rifqil menjelaskan, selain irsyād al-ustādz syarat untuk mendapatkan ilmu yang lain adalah cerdas, semangat, sabar, memiliki modal dan tidak instan. Enam komponen ini seyogianya harus dimiliki oleh para santri sebagai landasan dasar dalam mencari ilmu. Seorang santri jika ingin berhasil dalam mencari ilmu, idealnya jangan sampai meninggalkan salah satu dari enam syarat tersebut, terlebih harus hormat kepada guru dan semangat dalam belajar. Hal ini senada dengan salah satu maqalah ulama “biqadri mā tata’annā tanālu mā tatamannā (kadar kesungguhanmu menghadapi kesulitan akan menjadi penentu dirimu meraih kesuksesan)””. Ucap beliau.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *